Konstruksi Konsep Ekosentris Dalam Kosmologi Jawa: Studi Fenomenologi Terhadap Praktik Ritual Petani Tradisional
DOI:
https://doi.org/10.59945/jpnm.v3i4.847Keywords:
Antroposentrisme, Ekosentrisme, Fenomologi, Kosmologi Jawa, Krisis Ekologis GlobalAbstract
Krisis Ekologis Global dan Paradigma Antroposentrisme. Krisis lingkungan di tingkat global memerlukan analisis kritis terhadap cara berpikir antroposentris yang dominan dalam pengelolaan alam. Studi ini berfokus pada konsep ekosentris yang ada dalam kosmologi Jawa dengan melakukan analisis fenomenologis pada praktik ritual yang dilakukan oleh petani tradisional. Melalui kajian literatur mengenai penelitian sebelumnya, penelitian ini mengkaji bagaimana para petani Jawa mengalami, memahami, dan menghayati hubungan harmonis dengan lingkungan melalui ritual seperti wiwitan, slametan, dan sedekah bumi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani tradisional Jawa melihat alam sebagai sesuatu yang hidup dan suci, bukan sekadar objek yang terpisah. Ritual pertanian berperan sebagai sarana yang mengubah kesadaran ekologis, membentuk rasa syukur, kesadaran akan keterkaitan, dan tanggung jawab bersama. Konsep hamemayu hayuning bawana diterapkan melalui upaya melestarikan area sakral, melakukan rotasi tanaman, mendiversifikasi pertanian, dan menjaga keanekaragaman hayati. Kosmologi Jawa mengandung elemen-elemen ekosentris yang penting, seperti pengakuan terhadap nilai intrinsik setiap bagian ekosistem, kesadaran akan keterhubungan, dan penolakan akan pemisahan antara manusia dan alam, dengan fokus pada dimensi estetika dan integrasi spiritual-kosmologis. Dalam menghadapi tantangan dari modernitas dan sistem kapitalis dalam pertanian, kebijaksanaan ekologis dari warisan tradisional memberikan solusi teoretis dan praktis yang sesuai untuk mengatasi masalah lingkungan yang ada saat ini. Penelitian ini berperan dalam mendekolonisasi pengetahuan ekologis dengan menunjukkan bahwa pengetahuan lokal di Indonesia memiliki kedalaman dan legitimasi yang setara dengan teori ekologi yang ada di Barat.
References
Astuti, R. D. (2016). Makna simbolik ritual pertanian masyarakat Jawa dan relevansinya dengan pelestarian lingkungan. Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan, 11(2), 45-58.
Berkes, F. (2012). Sacred ecology (3rd ed.). Routledge.
Djono, D., Utomo, T. P., & Subiyantoro, S. (2012). Nilai kearifan lokal rumah tradisional Jawa. Jurnal Humaniora, 24(3), 269-278. https://doi.org/10.22146/jh.1369
Fakhruddin, A. A., & Yudha. (2024). Sumber daya kearifan lokal untuk konservasi lingkungan hidup. Jurnal Ekologi, Masyarakat dan Sains, 5(1), 100-108. https://journals.ecotas.org/index.php/ems/article/view/149
Geertz, C. (1960). The religion of Java. The University of Chicago Press.
Hakim, A. L. (2021). Kearifan lokal dan pelestarian ekologi: Dimensi filosofis-religius tradisi Merti Code Yogyakarta. Jurnal Borneo Humaniora, 4(1), 43-58. https://doi.org/10.35334/borneo_humaniora.v4i1.1860
Keraf, A. S. (2010). Etika lingkungan hidup. Kompas.
Koentjaraningrat. (1984). Kebudayaan Jawa. Balai Pustaka.
Kurniasari, D. A., Cahyono, E. D., & Yuliati, Y. (2018). Kearifan lokal petani tradisional Samin di Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora. HABITAT: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, 29(1), 25-32. https://habitat.ub.ac.id/index.php/habitat/article/view/322
Leopold, A. (1949). A sand county almanac. Oxford University Press.
Li, T. M. (2014). Land's end: Capitalist relations on an indigenous frontier. Duke University Press.
Moustakas, C. (1994). Phenomenological research methods. Sage Publications.
Mustain, M. (2019). Relasi manusia dengan alam dalam perspektif masyarakat Osing Banyuwangi. Jurnal Sosiologi Reflektif, 13(2), 301-318.
Naess, A. (1973). The shallow and the deep, long-range ecology movement: A summary. Inquiry, 16(1-4), 95-100.
Purwanti, E., & Khusaini, M. (2018). Kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya air: Studi pada Desa Ponggok, Klaten. Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, 31(3), 234-245.
Sathotho, S. F. (2023). Wiwitan sebagai pergelaran budaya dalam tinjauan ekofeminisme. Dance and Theatre Review, 6(2), 85-99. https://doi.org/10.24821/dtr.v6i2.11062
Shiva, V. (2016). The violence of the green revolution: Third world agriculture, ecology, and politics. University Press of Kentucky.
Suhartini, S. (2009). Konstruksi sosial kearifan lokal petani dalam pengelolaan sumber daya air irigasi. Jurnal Filsafat, 19(2), 166-181.
Sukmawan, S., & Setyowati, L. (2017). Nilai kearifan lokal masyarakat Tengger dan relevansinya dengan pendidikan ekologi. Jurnal Humaniora, 29(3), 289-298.
Suseno, F. M. (1984). Etika Jawa: Sebuah analisa falsafi tentang kebijaksanaan hidup Jawa. Gramedia.
Syahriyah, U. U., & Zahid, A. (2022). Konsep memanusiakan alam dalam kosmologi Tri Hita Karana. Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat, 6(1), 1-23. https://doi.org/10.14421/panangkaran.v6i1.2754
van Manen, M. (1990). Researching lived experience: Human science for an action sensitive pedagogy. State University of New York Press.
Wibowo, A. (2015). Kosmologi Jawa dalam praktik pertanian organik: Studi kontinuitas nilai tradisional. Jurnal Kawistara, 5(1), 1-15.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 JPNM Jurnal Pustaka Nusantara Multidisiplin

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.







